Thursday, November 30, 2006

Jumatan

Lagi, saya ketemu dengan para penjual agama. Jumatan tadi sungguh membuat saya ingin menutup telinga. Buat apa didengarkan kalau hanya membuat orang merasa paling benar dan berhak men-jugde orang lain salah? Emang loe Tuhan?

Saya jadi ingat kata-kata seorang teman: sekarang tempat ibadah hadir disetiap RT, tapi content-nya -sayangnya-kurang dijaga dengan baik. Ibarat koran, sejak RUU kebebasan pers dikumdangankan oleh Yunus Yosfiah, koran tumbuh menjamur. Orang-orang dilanda euforia. Banyak orang-orang yang sudah malang melintang dibisnis media, mencium bisnis ini. Koran pun tumbuh bak jamur di musim hujan. Izin, kala itu, diberikan ke sekitar 1500-an media. Yang terbit hanya 300. Yang mati lebih banyak lagi.

Garbage in-garbage out. Kembali ke para penjual agama itu. Daripada dapat sampah, keluarnya juga sampah, saya pun mending asyik berdzikr. Tanpa konsentrasi, hanya merasakan sensasi nafas saja yang keluar masuk dari hidung, konon tempat dimana jumenengnya sang Alif berada. Yah, namanya manusia, kalau bisa nih, kudu eling terus, dimanapun dia berada.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home